Gangguan Bahasa, Emosi pada Anak dan Cara Mengatasinya


Gangguan Bahasa, Emosi pada Anak dan Cara Mengatasinya 

Berbahasa sangat dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup untuk berkomunikasi. Ketika ada hambatan dalam berbahasa, maka juga akan mengalami hambatan dalam berkomunikasi. Komunikasi menjadi hal yang sangat penting karena komunikasi merupakan jembatan untuk menyamakan persepsi dan mengekspresikan perasaan dan pikiran. 

Bicara dan bahasa merupakan alat komunikasi dimana komunikasi merupakan proses encoding (mengirim pesan dalam bentuk yang dapat dipahami) dan proses decoding (menerima pesan dan memahami pesan). 

Gangguan bahasa adalah kelainan komunikasi seperti gagap, kelainan artikulasi, kelainan suara, kelainan bahasa yang mempengaruhi kemampuan anak dalam pendidikan. 

Pengertian dan penyebab dari empat kelainan bicara tersebut yaitu : 

1. Gagap (Stuttering) 

Gagap merupakan salah satu gangguan bicara yang ditandai dengan gangguan kelancaran, alunan atau ritme suara. Gagap disebabkan karena ketidakmampuan mengontrol pernafasan saat berbicara, sehingga yang didengar adalah kalimat yang tersedat-sedat, pengulangan bunyi atau suara yang panjang dan patah-patah. Hal ini masih dianggap wajar bagi AUD (2-6 tahun), namun apabila berkelanjutan saat masuk ke SD, maka perlu dilakukan pemeriksaan ke terapis wicara. Cluttering yaitu anak berbicara dengan sangat cepat, iramanya tidak beraturan dan kadang-kadang ucapannya tidak jelas, terputar balik dan sulit dipahami. 

2. Kelainan Artikulasi 

Kelainan artikulasi meliputi kesalahan-kesalahan dimana anak mendistorsikan bunyi kata, mensbustitusikan bunyi suatu kata dengan lainnya, menanamkan bunyi tidak relevan terhadap suatu kata, atau menghilangkan suatu bunyi pada sebuah kata. 

3. Kelainan Suara 

Kualitas suara seorang pembicara adalah terlihat saat mengucapkan bahasa verbal. Saat orang berbicara normal, maka memiliki variasi dalam nada, alunan dan volume suara yang sesuai. Pada perkembangan normal dapat terjadi masalah kelainan suara yaitu pada anak laki-laki yang menginjak masa remaja dimana mereka mengalami perubahan suara. 

4. Kelainan Bahasa 

Kelainan bahasa disebut juga expressive aphasia atau severe language delay, biasanya disebabkan oleh disfungsi susunan syaraf pusat yang mengahalangi pemahaman atau penggunaan kata-kata. Aphasia adalah suatu istilah yang menunjukan ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan kata-kata. Aphasia reseptif adalah apabila kemampuan tersebut menghalangi pemahaman bahasa lisan. Sedangkan aphasia ekspresif adalah apabila tidak mampu menemukan kata yang tepat untuk mengekspresikan suatu ide atau berkomunikasi secara verbal. 

Karakteristik gangguan bicara yaitu : 
1. Terjadi pada anak-anak yang lahir prematur 
2. Kemungkinannya empat kali lipat pada anak yang belum berjalan pada usia 18 bulan. 
3. Belum bisa berbicara dalam bentuk kalimat pada usia dua tahun 
4. Memiliki gangguan penglihatan 
5. Sering dikategorikan sebagai anak yang canggung (clumsy) oleh guru. 
6. Dari segi perilaku kurang bisa menyesuaikan diri. 
7. Sulit membaca 
8. Banyak terjadi pada anak laki-laki dari pada perempuan. 

Apabila anak mengalami gangguan bicara dan bahasa, maka akan berdampak pada aspek-aspek yang lain, khususnya perkembangan emosional dan sosial. Maka untuk membantu anak mengatasi gangguan ini, perlu melibatkan banyak pihak, dari mulai ahli patologi bicara, orang tua dan guru. 

Anak dengan gangguan emosi pada umumnya disebut emotional and behavioral disorders (EBD) di Indonesia lebih dikenal dengan dengan sebutan tuna laras. Anak tuna laras memiliki masalah yang cukup kompleks yang berdampak pada penolakan lingkungan sosialnya. Namun disini, anak dengan gangguan emosi tidak merujuk pada pengertian di atas, akan tetapi menjelaskan tentang anak dengan perilaku insecure (cemas). 

Kecemasan didefinisikan sebagai keadaan takut yang mempengaruhi berbagai area fungsional. Kecemasan memiliki 3 komponen dasar yaitu keadaan subyektif, respon tingkah laku, dan respon fisiologis. 

Istilah kecemasan berbeda dengan ketakutan, ketakutan mengacu pada respon alam terhadap situasi yang berbahaya atau mengancam kehidupan yang umumnya di bawa sejak lahir dan mempunyai dasar biologis. Sedangkan kecemasan lebih bersifat global dan berorientasi ke masa depan, melibatkan komponen kognitif dan emosional. Suatu keadaan ketika seseorang merasa sangat takut, tegang dan kuatir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi, derajat kecemasan yang tinggi terjadi pada anak usia dua sampai enam tahun yang muncul karena adanya orang asing, suara keras, suasana yang gelap, benda-benda imajinasi. 

Sikap yang ditunjukan pada saat anak cemas adalah mendekat dan mendekap orang yang dikenalnya dengan baik, menangis, teriak atau menjerit, tangan berkeringat dingin, kekakuan otot, dada berdegub kencang, minta digendong dan bersembunyi. 

Untuk mengatasi anak yang mudah cemas yaitu dengan cara menerima anak dan menenangkan hatinya. Menggunakan macam-macam strategi untuk mengatasi kecemasan. Mendorong anak untuk mengungkapkan perasaanya dan menemani anak ketika sedang dalam persaan cemas dan mengurangi rasa cemasnya secara bertahap. 

Mungkin hanya ini yang bisa saya sampaikan terkait gangguan bahasa dan emosi pada anak, semoga tulisan ini bermanfaat bagi diri saya terutama dan bagi orang lain pada umumnya. Kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Gangguan Bahasa, Emosi pada Anak dan Cara Mengatasinya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel